Monday, December 5, 2011

PEKA #2

Aku masih di kamar di atas meja belajar, menyelesaikan tugas writing yang harus di kumpul besok pagi. Tapi otak ku mampet, buntu. Aku mengetuk-etukkan ujung bolpen ke meja berhenti mengerjakan tugas dan berfikir keras tentang satu kata yang daritadi kuyakini sebagai sumber utama kemampetan otakku...Peka. Apa maksudnya aku kurang peka? dimana letak kekurang pekaan ku??. Kuraih handphone usang di atas galon aqua yang belum sempat ku ganti, padahal isinya sudah tinggal untuk lima gelas. Aku menelpon Maira dan kami berjanji untuk bertemu di cafe Bianca dekat kampus.

Cafe Bianca 22.00 WIB


"Hai...Diii... wah kayaknya lagi galau nih", kerling Maira nakal, kami berpelukan sebentar yah ritual kaum hawa ketika saling bertemu.Setelah itu kami sepakat untuk memesan hot chocolate untuk menemani malam yang lumayan dingin ini, maklum musim hujan, gerimis sempat siggah sebetar tadi.

Kami mulai duduk berhadapan, siap memulai sebuah talkshow tanpa penonton. "Gimana Di?" Maira membuka percakapan...

"Ra, tolong jawab jujur ya... kita udah lama temenan kan?menurut kamu apa aku ini orangya kurang peka ya??"

Pesanan kami datang, "makasih mbak", Maira menyodorkan sedikit tips untuk petugas pengantar hot chocolate pesanan kami.

Ia lalu meyeruput miliknya sedikit, dan menatap mataku lekat-lekat "kok kamu tanyanya gitu sih?, gara-gara Tio lagi?", aku mengangguk lemah.

Maira menghela nafas, " Di, kamu tuh temen terbaik buat aku, ga pernah sedikitpun kamu lupa merhatiin aku, kamu selalu ada buat aku. Dan kamu lebih dari sekedar peka Di, kamu peduli".

Ku pandangi jalanan basah di luar jendela cafe Bianca dengan gamang. Sambil bertanya-tanya dalam hati, apa maksud Tio...?kupegang tangan Maira " thanks ya Ra". "Anytime beib" jawabnya...

0 Comments:

Post a Comment